Indonesia Bangsa Besar, Berjiwa dan Berkarya Besar

Oleh : Islahuddin

Kita bukan bangsa yang tempe, kita adalah bangsa yang besar, dengan ambisi yang besar cita-cita yang besar, daya kreatif yang besar, keuletan yang besar. Bangsa yang besar, bangsa yang hanjakrawarti-hambaudenda. Bangsa yang demikianlah itulah hendaknya bangsa Indonesia.

Sukarno-Manipol

 

Nusantara adalah sisa-sisa dari dataran tinggi dari surga atlantis, tempat kelahiran peradaban dunia, sebuah kekaisaran dunia yang menjadi sumber segala peradaban besar di seluruh dunia. Negeri tropis dengan kekayaan mineral dan hayati yang sangat melimpah, kehidupan yang sejahtera, tradisi bercocoktanam yang kuat, kehidupan yang tentram damai dan beradab, religiusitas masyarakat yang tinggi dan memiliki peradaban yang sangat maju di masanya.

Indonesia adalah sisa dari daratan atlantis setelah terjadinya bencana besar yang menenggelamkan dan menghancurkan wilayah atlantis, melenyapkan dan menenggelamkan sekaligus memisahkan jawa dari Sumatra yang sebelumnya menyatu, menenggelamkan lebih dari separo nusantara.

Pada 11.600 tahun yang lalu gunung berapi meletus dan menimbulkan bencana gempa dan tsunami yang besarnya seratuskali lebih besar dari tsunami di Aceh 2004. Demikian dituturkan dalam buku karya Prof. Arysio Santos Ph.D, buku yang membantah teori-teori sebelumnya tentang letak atlantis sebagaimana yang dituturkan dalam dialog Plato pada Timeaus dan Critias.

Prof. Arysio Santos menambahkan bahwa Indonesia adalah tempat ilmu pengetahuan dan penemuan berbagai peradaban pertama kali muncul seperti budaya bercocok tanam, bahasa, metalurgi, astronomi, seni dan sebagainya, yang mempengaruhi pada munculnya peradaban-peradaban sesudahnya seperti di Yunani, Mesir, Maya, Aztec, Inc, dan sebagainya.

Sejarah juga membuktikan bahwa Indonesia memang bangsa yang besar, dengan masyarakat yang memiliki karya-karya besar daya pikir dan kreatifitas yang besar juga. Penemuan baru tentang atlantis mungkin bisa menjadi pengantar tentang kebesaran bangsa Indonesia di masa lalu, mental sebagai bangsa besar dan daya pikir serta karya-karya besar juga ditunjukan dari warisan sejarah nusantara dimana pada masa kerajaan maja pahit Indonesia sempat menjadi negeri yang sangat besar, kekuasaan yang luas, kekayaan yang melimpah, dan di kagumi juga dihormati oleh Negara atau kerajaan di seluruh dunia.

Namun, identitas bangsa besar di Indonesia perlahan menjadi sirna setelah datangnya badai imperialisme dan kolonialisme di Indonesia, di bawah sistem penjajahan penduduk Indonesia mentalnya  dibentuk menjadi manusia bermantal budak, inferior, rasa takut yang dalam, lemah sebuah sikap yang sengaja diciptakan oleh kaum imperialisme dan kolonialisme demi menciptakan perbudakan dan pemerasan atas kekayaan yang melimpah di tanah nusantara.

Terciptalah bangsa Indonesia seperti sekarang kaya akan mineral dan hayati, limpahan emas, sumber minyak, tambang, pertanian, dan berbagai potensi yang ada justru tidak membawa pada kesejahteraan bangsa Indonesia, penduduknya hanya menjadi budak bagi kaum penjajah yang datang. Penjajahan tidak hanya dating dari luar tapi juga dating dari dalam, yaitu mereka para penghisap saudara-saudara sendiri, memikirkan perut diri dan keluarganya tanpa peduli kondisi bangsa dan nasib rakyat Indonesia yang banyak merana.

Identitas bangsa Indonesia dan penduduknya seakan berbarengan membentuk mental yaitu mental budak, mental yang diwariskan oleh sistem imperilaime, kolonialisme, dan kapitalisme yang menjajah. Bangsa Indonesia menyandang identitas sebagai bangsa yang tertinggal, miskin, terpuruk, korup, tidak berperan di tingkat internasional dan sebagainya.

Padahal bangsa Indonesia tidaklah pantas menyandang identitas itu semua dan bermental budak, sebab bangsa Indonesia adalah bangsa besar, bercita-cita besar, berpikir besar dan berkarya besar, bukan bangsa tempe, bukan bangsa yang lemah, inferior, dan membudak. Bangsa Indonesia adalah pewaris dari bangsa besar yaitu bangsa yang bermental  tangguh, gagah perkasa dan sanggup berbuat apa saja, sebagaimana tergambar dalam mental penduduk Indonesia di masa kerajaan Majapahit dengan sumpah palapanya.

Sebagaimana dituturkan dalam pidato Bung Karno yang dituturkan di Semarang pada 29 juli 1956 bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berpikir besar, berkarya dan punya impian yang besar. Dalam pidato Bung Karno menjelaskan tentang bagaimana cara menjadi bangsa yang besar. Secara garis besar Bung Karno menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah sama, manusia hakekatnya adalah sama sekali tidak ada perbedaan satu sama lain, oleh karenanya perbudakan, penjajahan, tidaklah benar karena menyalahi kodrat manusia yang hidup di atas bumi ini.

Oleh karenanya untuk menuju pada bangsa yang besar di butuhkan cara-cara yang tidak mudah, satu hal yang pertama harus dilakukan menurut Bung Karno adalah merubah mental yang lemah, membudak, inferior, dari hasil praktek imperilaisme dan kolonialisme yang mengakar pada diri penduduk dan bangsa Indonesia. Negara-negara besar seperti Amerika sudah memiliki mental yang bagus mental yang tidak ada “hollandsdenken” dalam istilah Bung Karno.

Bangsa Indonesia selama 350 tahun dicekoki oleh hollanddenken yaitu cara piker yang “penny-wise, proud and foolish”. Sehingga terbntuklah bangsa Indonesia yang tidak mempunyai daya kreativitas yang besar, tidak memiliki konsp-konsp yang besar, dan tidak memiliki sifat yang pemberani, lemah dan membudak dengan bangsa lainnya.

Bangsa Indonesia semakin lama justru semakin terpuruk, bangsa yang punya potensi besar justru terlilit dengan hutang yang snagat besar dengan implikasi yang tidak kalah besarnya. Dampaknya tidak hanya pada jiwa koruptif, konsumtif, tidak ada kreatifitas, melainkan berdampak pada tahap sistemik sehingga menjadi sebuah kebodohan kolektif, kebodohan bersama antara pemimpin, politisi, pemerintah, wakil rakyat dan rakyatnya. Sehingga tidak mencerminkan bangsa yang besar, berpikir dan berkreasi besar melainkan bangsa yang tidak terhormat, tidak memiliki visi, dan tanpa integrita syang tinggi.

Menurut Bung Karno bangsa besar adalah bangsa yang memiliki “imagination”, mempunyai fantasi-fantasi besar: mempunyai keberanian ; mempunyai kesediaan menghadapi resiko; mempunjai dinamika.

Bangsa besar harus memiliki imajinasi, dengan imajinasi kita bisa merubah dari bangsa yang kecil jiwanya menjadi bangsa yang besar jiwanya, bangsa Indonesia pernah membuktikan menjadi bangsa besar seperti di bangunnya Borobudur, candi-candi, kejayaan majapahit di daratan nusantara, dan sebagainya.            

Untuk mencapai menjadi bangsa yang besar banyak sekali rintangan dan tantangan yang mesti kita hadapi, tantangan yang tidak bisa kita hadapi dalam waktu singkat dan hanya dapat diatasi dengan keuletan seperti uletnya orang yang sedang mendaki gunung.

Maka tidak ada cara lain sebagaimana dikatakan Bung Karno ‘berbahagialah suatu bangsa yang berani menghadapi kenyataan yang ada, berani menerima bahwa kesulitan-kesulitannya tidak akan lenyap dalam tempo satu malam, dan berani pula menyingsingkan lengan bajunya untuk memecahkan kesulitan-kesulitan itu dengan segenap tenaganya sendiri dan segenap kecerdasannya sendiri.

Sebab bangsa yang demikian itu—bangsa yang berani menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu memecahkan kesulitan-kesulitan,-- bangsa yang akan menjadi bangsa yang gemblengan. Bangsa yang besar bangsa yang hanyakrawarti-hambaudenda’.  Bangsa yang demikianlah yang diimpikan oleh Bung Karno untuk bangsa Indonesia.

Lantas landasan apa untuk membentuk bangsa yang besar untuk Indonesia?. Landasan untuk membentuk bangsa yang besar bagi Indonesia adalah pancasila, pancasila adalah falsafah dan tuntunan kita menuju bangsa yang besar, tentunya dengan kembali merujuk pada ketentuan UUD 1945, dengan jalan menemukan kembali jiwa revolusi, menemukan mental revolusioner.

Dengan demikian kita akan mampu menghadapi segala rintangan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Semua akan kita lewati dengan mencapai momentum mental yang revolusioner sehingga menjadi bangsa yang besar, dengan ambisi yang besar, cita-cita yang besar, keuletan yang besar dan daya kreatif yang besar pula.

Berlandaskan pancasila dan UUD 1945 bangsa Indonesia harus membutuhkan revolusi mental, yaitu mental menjadi bangsa yang besar, berjiwa merdeka, berani, kreatif, tangguh, dan bisa berbuat untuk bangsanya sendiri dan dunia.

Bukan sebaliknya bermental budak, inferior, takut dengan bangsa lain, dan lemah. Identitas sebagai bangsa bekas jajahan, bangsa melarat, bangsa lemah, mental budak harus dihapuskan dari otak anak-anak bangsa, jiwa revolusioner harus ditanamkan dengan memberikan daya-daya positif sebagai bangsa yang besar menjadi bangsa sebgaimana yang dicontohkan oleh maja pahit, bangsa yang besar sebagaimana gambaran dalam atlantisnya prof. Arisyi Santos dengan menjalankan prinsip-prinsip pancasila secara utuh dan menjalankan ketentuan UUD 1945.

Sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bisa menjaga harkat dan martabat atau kehormatannya, bangsa yang bisa menghargai dan menghormati sesama, menempatkan orang lain pada tempat yang mulia, memberikan maaf, mau mengerti dan selalu berusaha menyelamatkan dan mau menjunjung tinggi sesamanya.

Bangsa yang mampu mensejahterakan penduduknya dan ikut membantu terciptanya kesejahteraan dunia, bangsa yang bisa menciptakan perdamaian dan ksetaraan pada penduduknya dan ikut aktif membantu tercipta dalam tatanan dunia yang penuh dnegan perdamaian dan kesetaraan, tidak ada yang tertindas, terhisap, dan termarjinalkan oleh pihak-pihak tertentu.

Menjadi bangsa yang mampu berpikir besar dan berjiwa besar, yaitu bangsa yang selalu berusaha memiliki prinsip untuk menyelamatkan diri dan penduduknya dan juga bangsa lainnya dari kemungkinan bertindak dan berbuat salah. Bangsa yang bisa menempatkan diri secara terhormat, bisa menanamkan jiwa besar dengan senantiasa memberi manfaat bagi sesama pennduduk atau sesama bangsa Indonesia atau antara bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya.

Bukan bangsa yang bangga tatkala bisa menang dan berhasil menjatuhkan bangsa lainnya. Bangsa besar bukan bangsa yang sehari-hari hanya sibuk mendaftar kesalahan banyak orang atau kesalahan bangsa lainnya.bukan pula bangsa yang tidak terpuji dan tidak berusaha memperbaiki keadaan. Melainkan bangsa yang selalu berusaha keras keluar dari keterpurukan dan berusaha menuju keadaan yang lebih baik.

Bangsa Indonesia seharusnya menjadi bangsa yang selalu berpikir untuk mendapatkan keselamatan bersama, saling memberi manfaat bagi sesama, saling memaafkan, tenggang rasa, santun, sabar dan selalu saling berwasiat antara satu dengan lainnya tentang kesabaran dan kebenaran. Sebaliknya, bukan menjadi bangsa kecil, yaitu bangsa yang sehari-hari hanya sibuk saling menghujat, mencari kesalahan, dan saling menjatuhkan di antara sesama.

Bangsa yang bermental lemah, membudak dan sellau takut, apalagi bangsa yang sellau menjajah dan menghisap, ini bukanlah bangsa besar. Bangs abesar adalah bangsa yang berpikir dan berjiwa besar, dan memiliki daya kreatif yang besar dengan menghasilkan karya-krya besar melalui imagination-imagination bangsa Indonesia.

Untuk menuju pada terciptanya bangsa besar, dibutuhkan jiwa-jiwa revolusioner, yaitu mereka yang mampu memberi pemahaman tentang keadaan yang sebenarnya agar bisa memberi kesadaran yang dalam pada diri penduduk yang bermental budak sehingga menjadi orang yang bermental revolusioner.

Serta orang-orang yang berjuang untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, berpikir besar dan berkarya besar. Untuk menumbuhkan jiwa-jiwa revolusioner itu dibutuhkan dan harus sennatiasa dimulai dari sosok pemimpin besar yang berjiwa revolusioner, memiliki pemimpin yang visioner, pemimpin yang memiliki impian besar yang melampaui zamannya, yang mampu menjadi teladan dan berjiwa revolusioner sehingga menjadi pemimpin besar yang disegani, diteladani dan di dengarkan oleh rakyatnya.

Visi yang diusung oleh pemimpin yang kuat dan berjiwa revolusioner bisa dijadikan semacam ideology yang kuat, sehingga bisa mengakomodir massa yang kuat, massa yang memiliki satu tujuan, satu arah dan satu cita-cita yaitu membentuk bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar bangsa yang bebes dari perbudakan, penajjahan, dan inferior.

Sehingga kan tercipta tatanan masyarakat yang memiliki pemimpin dan bangsa yang berintegritas tinggi, visioner, dan memiliki kompetensi sehingga Indonesia bangkit menjadi bangsa yang produktif dan terhormat.

Sejarah nusantara pernah mencontohkan dimana kejayaan majapahit tidak lepas dari mimpi, visi, dan kemauan besar yang dilakukan oleh gajah Mada, pun kemerdekaan Indonesia tidak pernah lepas dari militansi sukarno-hatta dan kawan-kawan sehingga mampu menginspirasi sekelompok pemuda di tahun 1928 yang membuahkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Saatnya Indoensia kembali menancapkan mimpi-mimpi besarnya. Mimpi bahwa kita akan hidup, punya eksistensi hingga ratusan abad ke depan. Mimpi dan imajinasi yang panjang tersebut harus dilengkapi dengan rencana jangka panjang hingga ratusan abad ke depan. Mimpi kita tidak boleh hanya lima tahun atau sepuluh tahun ke depan.

 

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2021, Dialektika.or.id All Rights Reserved