Membaca Peta Relasi India dan Taliban di Kawasan Asia Selatan
Baru-baru ini seperti dilansir dalam beberapa media internasional India mengakui telah menjalin komunikasi (backchannel) dengan Taliban di Afghanistan. Rezim India saat ini sebenarnya merupakan rezim yang tidak terlalu bersimpati dengan gerakan Islam, apapun bentuknya. Namun adanya perubahan sikap yang signifikan ini tentu didorong oleh kondisi yang mendesak. Sehingga kita patut bertanya: ada hubungan apa India dengan Taliban sehingga menjalin komunikasi?
Pada awal Juni, media India melaporkan bahwa New Delhi telah memulai pembicaraan dengan Taliban ketika Amerika Serikat sedang menarik pasukannya dari Afghanistan. Beberapa hari kemudian, Kementerian Luar Negeri India mengkonfirmasi semua laporan ini. Kementerian Luar Negeri mengatakan “kami berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan … sesuai dengan komitmen jangka panjang kami terhadap pembangunan dan rekonstruksi di Afghanistan”.
Para pemimpin Taliban yang tinggal di Quetta dan pejabat Qatar juga telah mengkonfirmasi adanya pertemuan India dengan Taliban secara tidak terbuka.
Namun sampai saat ini, sebenarnya India enggan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan Taliban karena khawatir langkah ini dapat merusak hubungannya dengan pemerintah Afghanistan serta pendukungnya baik di tingkat regional maupun di tingkat global. Pejabat intelijen India memang pernah juga berhubungan dengan pejuang Taliban untuk melindungi kepentingan India di Afghanistan selama bertahun-tahun, terutama pada tahun 2011 saat India membebaskan insinyur dan personel India yang diculik saat bekerja di Afghanistan. Namun hubungan ini tidak terlalu resmi. Dan sampai saat ini, New Delhi selalu menahan diri dengan tidak berkomunikasi secara langsung dan terbuka dengan kelompok tersebut.
India selalu melihat Taliban sebagai pendukung dan proksi Pakistan, saingan utamanya di kawasan. Selain itu India juga memandang bahwa berhubungan dengan Taliban hanya akan mendapat sedikit keuntungan. Lebih dari itu, dengan kebijakan resminya India tidak ingin berkompromi dengan “kelompok militan” mana pun, terutama melakukan dialog dengan Taliban. India meyakini bahwa berdialog dengan Taliban hanya malah akan dapat menekan India untuk mulai menerima kelompok pemberontak Kashmir dengan baik.
Tetapi banyak yang telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Sikap India ke Taliban mulai menunjukkan tanda-tanda penerimaan.
Pada tahun 2015, Iran dan Rusia mulai mendukung Taliban untuk menghentikan kelompok bersenjata lainnya, ISIS-K, dari memperluas pengaruhnya di Afghanistan. Karena tahu akan keterbatasan pasukan keamanan Afghanistan dan kekuatan operasional Taliban, dua negara ini memilih untuk menjalin hubungan kerja sama dengan Taliban untuk menahan ISIS-K.
Sejak saat itu, Taliban semakin memantapkan dirinya sebagai pemangku kepentingan yang sah di Afghanistan dengan secara bertahap memperkuat hubungan diplomatiknya dengan masyarakat internasional, memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan ketika melawan pemerintah Afghanistan, dan meraih kesepakatan damai yang bersejarah dengan AS pada Februari 2020. Saat ini, Taliban akan terus memiliki pengaruh signifikan di Afghanistan setelah AS menyelesaikan penarikannya dari Afghanistan pada September 2021.
Semua kondisi ini telah menempatkan India dalam posisi yang sulit dan memaksanya untuk memikirkan kembali pendekatannya dengan Taliban. Kondisi ini pada akhirnya mendorong India memutuskan untuk menjalin komunikasi dengan faksi-faksi Taliban yang relatif bersahabat untuk menghindari hilangnya peran strategis India di Afghanistan terutama juga untuk menjaga stabilitas keamanan, terlebih karena saingan regionalnya, Pakistan, memiliki kedekatan dengan Taliban, apalagi setelah penarikan AS dari Afghanistan.
Pada September 2020, Menteri Luar Negeri India S Jaishankar menyatakan bahwa negaranya siap untuk berdialog dengan Taliban. Dan setelah pernyataan tersebut, untuk pertama kalinya, India berpartisipasi dalam pembicaraan damai dengan intra-Afghanistan yang berlangsung di Doha melalui tautan video. Delegasi senior India juga menghadiri pembicaraan tersebut. Peristiwa ini adalah pertama kalinya pejabat tinggi India menghadiri acara secara resmi bersama perwakilan Taliban. Sejak saat itu, pejabat keamanan India mulai membuka saluran komunikasi dengan beberapa faksi Taliban yang dianggap “nasionalis” atau di luar lingkup pengaruh Pakistan dan Iran.
India memiliki banyak keuntungan dari komunikasi ini. Salah satunya, New Delhi ingin melindungi kepentingan keamanan dan investasinya di Afghanistan setelah AS keluar dari negara itu. Terlebih lagi, India ingin memastikan bahwa kelompok-kelompok bersenjata yang berfokus pada Kashmir seperti Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Muhammad (JeM) tidak menggunakan Afghanistan sebagai tempat untuk melancarkan serangan di Kashmir yang masih berada di bawah pemerintah India. Berkomunikasi dengan Taliban dapat membantu pihak pemerintah India memastikan bahwa Afghanistan tidak akan menjadi ancaman keamanan besar bagi New Delhi di tahun-tahun yang akan datang.
Taliban juga bisa mendapatkan banyak keuntungan dari komunikasi dengan India ini. Untuk rekonstruksi Afghanistan, Taliban ini tentunya akan membutuhkan bantuan luar yang besar setelah keluarnya AS dari wilayah tersebut. India dapat memberikan bantuan ini dengan imbalan mendapat jaminan keamanan.
Usaha India untuk mendekati Taliban juga dapat secara positif mempengaruhi proses perdamaian Afghanistan yang sedang berlangsung dengan meminimalkan kemungkinan perang proksi India-Pakistan di Afghanistan pasca-AS. Jika India berhasil membangun hubungan bilateral informal dengan Taliban, Afghanistan dapat menghindari pertempuran antara India dan Pakistan di masa depan dan sebaliknya fokus pada masalah dan perjuangan domestiknya sendiri.
Namun keberhasilan komunikasi India dengan Taliban akan bergantung, setidaknya sebagian, pada respons Pakistan. Paling-paling, Islamabad akan memilih untuk tetap netral, tidak mendorong atau melarang komunikasi semacam itu. Kemungkinan paling buruk, Pakistan hanya akan menekan Taliban yang diketahui berbicara dengan India dan mencegah kelompok bersenjata itu berkomunikasi dengan New Delhi.
Sementara oposisi Pakistan tidak diragukan lagi akan menghalangi dialog antara Taliban dan India.
Taliban yang tetap netral dalam menghadapi ketegangan India-Pakistan atas pencabutan status semi-otonom Kashmir pada Agustus 201 menunjukkan bahwa Taliban ini ingin membentuk kebijakan luar negeri yang independen dari Pakistan.
Meskipun tidak diragukan masih sangat bergantung pada Pakistan, kemenangan teritorial Taliban baru-baru ini dalam melawan pemerintah Afghanistan, kemandirian finansial yang dimilikinya dan hubungan diplomatik yang baru terbentuk dengan anggota masyarakat internasional yang berpengaruh lainnya, memberi Taliban tingkat kemandirian tertentu. Taliban sekarang diposisikan untuk menjadi kekuatan politik yang diterima oleh masyarakat internasional dan perlahan-lahan lepas dari cengkeraman Pakistan.
Semua ini menandakan bahwa Taliban akan terus berbicara dengan India meskipun ada protes dari Pakistan. Tetapi hanya waktu yang akan menentukan apakah dialog ini akan berhasil membawa keamanan dan stabilitas yang sangat dibutuhkan di kawasan itu. India berharap Taliban bisa berubah ke arah lebih baik, tidak seperti faksi-faksi Islamis lainnya yang banyak menempuh jalur kekerasan. Mungkinkah itu terjadi? Allahu A’lam.
Lorem Ipsum
Peneliti Dialektika Institute for Culture, Religion and Democracy