Hak Asasi Hewan dalam Islam: Idul Qurban dalam Perspektif Ontosentrisme
Rp120000
Islam dan Hak Asasi Hewan: Idul Qurban dalam Perspektif Ontosentrisme
Penulis: Dr. Muhammad Yasser, M.Ud
ISBN: 978-623-88192-4-9
Setting Layout, Montase, Desain Cover: Muhammad Syamsul Arifin
Ukuran: 330 hlm, 14,8×21 cm
Diterbitkan oleh:
LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA
ANGGOTA IKAPI
Jl. Villa Dago Raya No. A257
Telp. (021) 7477 4588
Tangerang Selatan 15415
email. [email protected]
web: www.dialektika.or.id
Copy Right © 2022 by LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Hak penulis dilindungi undang-undang. All right reserved
Deskripsi
Setidaknya ada tiga kritik pedas yang dialamatkan kepada Islam oleh masyarakat Barat: Pertama, berkenaan dengan ajaran poligami; Kedua, ajaran tentang ber-jihad; dan ketiga, perihal ritual Idul Qurban yang dianggap aksi barbarik animal massacre. Terkait persoalan poligami dan jihad sudah banyak hasil penelitian yang mengangkatnya, namun kritik ketiga belum mendapat respon dan perhatian yang memadai dari kalangan sarjana muslim dan apalagi masyarakat muslim secara luas. Persis karena pengabaiannya-lah, maka buku ini menjadi penting untuk dikaji.
Mengikuti alur berpikir Peter Singer, persoalan hak asasi hewan (animal rights) merupakan konsekuensi tak terelakkan dari trend gerakan pembebasan (liberation movement) yang terjadi sepanjang abad 20 M. Berawal dari gerakan pembebasan kaum kulit berwarna atas dominasi kaum kulit putih (rasisme) dan kaum wanita atas penindasan kaum pria (seksisme), maka kini muncul kesadaran untuk membebaskan hewan-hewan dari dominasi spesies manusia yang secara sepihak mengklaim superioritas di atas dasar rasionalitasnya dan karenanya hak untuk memonopoli dan memanipulasi (spesiesisme). Ironisnya, demikian Lynn White, hak prerogatif manusia modern ini justru mendapat landasannya dalam ajaran dan tradisi agama-agama Semitik. Penelitian ini berpretensi merespon kegelisahan yang muncul berkenaan dengan klaim Islam sebagai rahmat seluruh alam dan kritik para proponen hak asasi hewan. Untuk keperluan tersebut perlu dikembangkan ontosentrisme—yaitu paradigma yang lebih menekankan pada wujud itu sendiri, sebagaimana dipromosikan dalam tradisi filsafat Islam—sebagai alternatif komplementaris perseteruan antara antroposentrisme dengan bio dan ekosentrisme.
Apakah hal ini berarti menghilangkan sama sekali ritual pengorbanan yang melibatkan hewan? Masih relevankah ritual pengorbanan hewan dalam abad modern? Mungkinkah ritual pengorbanan tanpa melanggar hak-hak asasi hewan, yang mencakup bukan saja aspek kesejahteraannya tapi juga hak untuk hidup itu sendiri? Selamat Membaca!