Siapa yang Dikorbankan, Ishak atau Ismail? Polemik Soal Identitas Nabi yang Dikorbankan Ibrahim

Tiap tahun, umat Islam selalu merayakan hari raya Idul Adha untuk mengenang peristiwa pengorbanan Ibrahim ketika diuji oleh Allah untuk menyembelih anak kesayangannya.

Namun terkait identitas siapa sebenarnya anak Ibrahim yang dikorbankan, di kalangan ulama tafsir masih banyak silang pendapat; ada yang berpendapat bahwa yang akan dikorbankan ialah nabi Ismail, dan mungkin kebanyakan umat Islam mempercayai demikian dan ada juga yang berpandangan bahwa yang dikorbankan ialah nabi Ishak.

Kedua pandangan ini masing-masing memiliki rujukan yang cukup kuat. Pandangan yang mengatakan bahwa nabi Ismail yang dikorbankan didukung oleh riwayat-riwayat yang bersumber dari sahabat-sahabat besar seperti Abu Hurairah, Abu Thufail, Amir bin Watshilah dan juga para tabi’in terkemuka seperti Said bin al-Musayyab, Yusuf bin Mahran, Rabi bin Anas dan lain-lain.

Sementara itu, pandangan yang mengatakan bahwa nabi Ishak yang dikorbankan mendapat justifikasinya yang kuat dari riwayat-riwayat yang berasal dari sahabat dan tabi’in juga. Mereka tak kalah kuat kedudukannya dengan riwayat sahabat yang mengatakan bahwa Ismail lah yang dikorbankan.

Sahabat dan tabiin yang mendukung pandangan bahwa Ishak lah yang dikorbankan ini di antaranya ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, al-Abbas bin Abdul Muttalib,  Ali bin Abi Thalib dan Umar bin al-Khattab dan dari kalangan Tabi’in di antaranya ialah Masruk, Ikrimah, Ibnu Sabit, Abi Maysarah dan lain-lain.

Paling tidak adanya sosok Umar bin al-Khattab dan Ali bin Abi Thalib dan ditambah lagi dengan Ibnu Umar yang sering disebut sebagai ulama yang banyak meriwayatkan hadis menjadi penguat bagi yang berpandangan bahwa Ishaklah yang justru dikorbankan, bukan Ismail. Ibnu Abbas memiliki dua versi riwayat. Riwayat dari Ikrimah, beliau berpandangan bahwa Ishak yang dikorbankan namun riwayat dari as-Sya’bi beliau mengatakan bahwa Ismail lah yang dikorbankan.

Ketika menafsirkan surat as-Shaffat ayat 107, Ibnu Jarir at-Tabari menyajikan dua versi pandangan ini dalam tafsirnya yang terkenal, Jami al-Bayan fi Tafsir ayatin Min Ayil Quran. Menariknya Ibnu Jarir ini menguatkan pandangan bahwa Ishak lah yang dikorbankan Ibrahim dan digantikan dengan domba jantan atau kibsy atau hassye dalam bahasa Ibrani. Ibnu Jarir at-Tabari setelah menyajikan dua riwayat yang berbeda ini mentarjih pandangan yang menurutnya paling kuat:

وأولى القولين بالصواب في المفدي من ابني إبراهيم خليل الرحمن على ظاهر التنزيل قول من قال: هو إسحاق.

“Pandangan yang paling benar dari dua kalangan yang berselisih pendapat mengenai siapa dua anak nabi Ibrahim yang dikorbankan menurut makna lahir firman Allah ini ialah pandangan yang mengatakan bahwa Ishaklah yang dikorbankan”

Pandangan Ibnu Jarir at-Tabari ini paling tidak menemukan basis legitimasinya dari hasil pembacaannya terhadap ayat-ayat Alquran yang menyebutkan kabar gembira dari Allah kepada Ibrahim bahwa beliau akan mendapat keturunan yang dinamai Ishak.

Lebih jauh lagi jika kita menelaah secara seksama kitab perjanjian lama di  kitab kejadian atau Beresyit pasal 22 ayat 2 (yang akan kita kutip di sini ialah perjanjian lama yang menggunakan bahasa Ibrani, Biblia Hebraica Stuttgartensia), akan kita temukan bahwa Ishaklah yang dikorbankan:

(Qah-na et-benkha et-yehidkha asyer ahafta Itshaq we lekh- lekha el-erets hammoria we ha’ale-hu syam la’ola el ahad ha-harim asyer oomer elekha).

Ayat ini kira-kira dapat kita terjemahkan demikian:

“Ambillah anakmu yang satu satunya itu, yang sangat engkau sayangi, yaitu Ishak, lalu pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan kukatakan padamu” (Beresyit, 22: 2).

Ishak yang menjadi la-olah atau korban bakaran ini kemudian tidak jadi dikorbankan dan diganti oleh malaikat dengan hassye atau domba jantan yang bertanduk. Kelak dalam literatur tafsir, tanduk inilah yang kemudian digantung di Ka’bah dan tanduk ini masih diperselisihkan di kalangan ahli tafsir apakah berasal dari Mekkah atau Suriah. Bagi yang mengatakan bahwa Ishak yang dikorbankan, tanduk ini berasal dari Suriah dan dibawa oleh Ibrahim dan digantungkan di Ka’bah dan bagi ahli tafsir yang mengatakan bahwa Ismail yang dikorbankan, tanduk ini berasal dari Mekkah sehingga mana mungkin tanduk itu bekas domba sebagai peganti Ishak.

Karena Alquran merupakan wahyu yang menguatkan wahyu-wahyu sebelumnya, besar kemungkinan tafsir yang tepat bagi anak yang dikorbankan Ibrahim ialah Ishak. Kenyataan demikian bukan hanya dipertegas oleh beberapa kalangan sahabat dan tabi’in namun juga kitab perjanjian lama seperti yang telah disebut di atas dan juga kitab perjanjian baru.

Kesamaan yang ada pada Alquran dengan kitab-kitab sebelumnya bukan karena al-Quran menjiplak kitab-kitab sebelumnya. Kesamaan narasi antara Alquran dan kitab Taurat dan Injil karena kitab-kitab suci ini berasal dari satu sumber yang sama yang dalam keyakinan umat Islam disebut sebagai Ummul Kitab, Induknya Wahyu. Allahu A’lam.

Artikel ini pertama kali diterbitkan di Bincangsyariah.co

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2021, Dialektika.or.id All Rights Reserved