Takdir dan Korona

Oleh : Fuad Mahbub Siraj (Dosen Universitas Paramadina)

Qada adalah ketetapan Allah dan Qadar adalah ukuran. Hal ini bermakna, bahwa ketetapan Allah berdasarkan kepada ukurannya dan ukuran tersebut terdapat pada alam dan sesuai dengan kemampuan atau usaha manusia.

Qada dan Qadar erat sekali dengan takdir, dimana takdir tidak dikenal pada masa nabi. Pembahasan takdir baru muncul setelah meninggalnya Saidina Ali. Dan takdir artinya ukuran.

Allah berfirman bahwa segala sesuatu ada ukurannya. Misalnya, Allah menurunkan hujan ada ukurannya. Burung bisa terbang dan manusia tidak itu pun juga contoh bahwa segala yang terdapat dalam semesta ada ukurannya.

Orang memahami bahwa takdir adalah sesuatu yang sudah ditentukan sejak awal dan itu adalah pemahaman yang salah yang berefek pada tindakan manusia.

Sebagai contoh dapat kita lihat pada penganiayaan yang dilakukan oleh dinasti umayyah pada masa dahulu dan manusia saat itu menerimanya, karena dianggap bahwa itu semua sudah ditentukan oleh Allah.

Memilih Takdir

Allah telah menetapkan takdir manusia, namun tidak ada paksaan dari Allah atas ketetapan tersebut dan manusia diberikan ruang untuk berusaha dan memilih takdir yang baik untuknya.

Seperti kita melempar bola karet ke tembok dan kemudian bola tersebut memantul. Sejauh mana bola memantul terkait kepada sekuat apa kita melempar bola tadi ke tembok dan kita bisa memilih pantulannya pelan atau kencang.

Ketika kita naik mobil sport dan mobil biasa kecepatannya terkait pada injakan kita pada gas, namun tidak bisa keluar dari ukuran yang sudah ditetapkan dimana mobil biasa tidak bisa melampaui batas kecepatannya apalagi menyamai kecepatan mobil sport.

Sahabat Umar pernah akan berkunjung ke suatu tempat kemudian didengar bahwa tempat itu sedang ada wabah.

Umar kemudian membatalkan perjalanannya. Lalu sahabat berkata, apakah engkau lari dari takdir Allah. Umar menjawab, “iya saya lari dari takdir Tuhan dan menuju takdir yang baru”.

Contoh lain dapat kita lihat ketika Ali bersandar di tembok dan kemudian ada yang memberi tahu bahwa tembok itu akan jatuh. Ali kemudian pindah agar ia tidak terkena tembok yang akan jatuh tersebut. Orang tersebut kemudian berkata, “engkau lari dari takdir Tuhan Ali?” dan Ali menjawab, “iya saya memilih takdir yang lain”.

Dari cerita tersebut kita dapat melihat bahwa kita bisa memilih takdir, namun tidak akan pernah bisa keluar dari ukurannya. Nasib adalah sesuatu yang sesuai dengan pilihan bebas manusia.

Dalam al-Qur’an takdir diulang cukup banyak. Contohnya bekerjalah nanti Allah akan menilai.

Ada sistem yang ditetapkan oleh Allah. Kita tidak bisa memasak nasi tanpa bahan bakar. Ada orang yang duduk di rumah menanti rezeki dan itu tidak mungkin, karena sistemnya mengharuskan untuk bekerja atau berusaha terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan rezeki.

Orang yang memiliki keyakinan kepada takdir pasti akan berusaha semaksimal mungkin dan kemudian bertawakal pada Allah.

Nabi Muhammad SAW ketika perang badar berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menang sebelum perang berlangsung. Umar berkata bahwa cukup dengan doa nabi kita akan menang. Nabi Muhammad saat itu menjawab bahwa kita perlu mempersiapkan semaksimal mungkin terlebih dahulu.

Korona dan Takdir

Dalam kondisi hari ini di tengah wabah virus corona, pemahaman kita terhadap takdir perlu untuk kita perbaiki, karena masih banyak orang yang meyakini bahwa takdir adalah ketetapan Allah sejak awal yang tidak akan berubah.

Mereka pasrah jika memang Allah menghendaki ia tertular atau menularkan dan bahkan meninggal karena virus corona, karena itu semua adalah takdir Allah.

Mereka tidak mau menjalankan himbauan untuk memakai masker, menjaga jarak atau menahan diri untuk tidak beribadah ke masjid. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru.

Manusia perlu berusaha semaksimal mungkin terlebih dahulu agar tidak tertular atau menularkan virus corona.

Hal ini penting dan merupakan prinsip dalam Islam. Orang yang tidak menjalankan prinsip tersebut hakikatnya ia tidak menjalankan perintah Allah SWT.

Menjaga diri dan keluarga adalah prinsip dalam Islam dan kita perlu untuk berusaha semaksimal mungkin menjalankan prinsip Islam tersebut yang kemudian diiringi dengan tawakal pada Allah SWT.

Lorem Ipsum

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2021, Dialektika.or.id All Rights Reserved