Yesus Kristus, Salib Dan Sisi Lain Ibnu Arabi Yang Kristen (Part II)

Telah disebut dalam artikel sebelumnya bahwa Ibnu Arabi memiliki pandangan yang cukup unik tentang hakikat jisim Yesus Kristus, yakni bahwa Yesus ialah ruh yang menjadi tubuh (ruh tajassadat), dan karena itu, dalam manifestasi materinya, Yesus sangatlah imaginatif (mutakhayyal).

Lebih jauh dari itu, karena dikategorikan sebagai ruh yang karakteristiknya ialah ihya (memberi kehidupan), Yesus dapat menghidupkan orang mati dan dapat menyembuhkan orang sakit. Ibnu Arabi dalam Fushush al-Hikam menegaskan demikian:

"عيسى روح الله، أي به ظهرت الحياة فيمَن نفخ فيه"

“Yesus ialah ruh Allah, artinya kehidupan tercipta melaui tiupan yang dihembuskan-Nya.”

Selain pembahasan tentang hakikat tubuh Yesus, Ibnu Arabi juga memaparkan analisis menarik tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu sang messiah ini. Ibnu Arabi dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyyah menyebut satu persatu ilmu-ilmu yang dikaruniakan kepada Yesus Kristus.

Setelah menelaah puluhan ilmu Yesus yang disebutkan dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu Arabi tampaknya dalam kitab Anqa Maghrib hanya memusatkan pada dua ilmu penting dan dua ilmu inilah yang menjadi inti dari puluhan ilmu yang dikaruniakan kepada Yesus Kristus: ilmu tiupan  (ilmu kimia) dan ilmu huruf (ilmu simiya).

Yesus Kristus terlahir di dunia ini melalui tiupan Jibril kepada rahim Bunda Maria. Melalui tiupan ini pula, Yesus dikaruniai ilmu tiupan (ilm nafakh). Ketika Yesus meniup ke tanah liat, seketika tanah liat tersebut menjadi burung dengan izin Allah.

Ibnu Arabi menegaskan bahwa ilmu kimia (kimiadi masa Ibnu Arabi ialah ilmu mengubah mineral menjadi emas) yang dimiliki Yesus termanifestasikan kepada dua hal: pertama, ilmu menciptakan sesuatu dan kedua, ilmu menghilangkan penyakit. Yesus membuat bentuk burung dari tanah liat lalu ia tiupkan pada tanah tersebut dan jadilah burung. Inilah yang disebut penciptaan (insya).

Karena ilmu ini hanya dikaruniakan kepada Yesus, dan tidak ada seorang manusia pun yang memiliki ilmu seperti ini, dan tidak ada pula yang dapat mempelajari seluk beluknya, tentunya tiupan Yesus yang menghidupakn itu  ialah sebab musabbab penciptaan dan sekaligus sebagai hijab bagi orang yang ingin mendalaminya (lihat al-Futuhat al-Makkiyyah, jilid. 2, h. 274).

Selain itu, ilmu tiupan  Yesus termanifestasikan dalam kemampuannya untuk menghilangkan dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Pertanyaan yang mungkin muncul terkait hal ini ialah lalu apa hubungannya ilmu tiupan, ilmu nafakh atau ilmu kimia ini dengan simbol salib? Kita coba hubungkan dulu dengan ilmu Yesus yang lain, ilmu huruf. Jika melihat secara lebih jeli lagi tentang signifikansi tiupan atau nafakh, akan kita temukan bahwa nafakh atau tiupan adalah nafas sedangkan huruf ialah tempat keluarnya udara dari paru-paru menuju mulut sehingga terciptalah huruf atau bunyi.

Sampai di sini, kita lihat bahwa nafas manusia tidak lain ialah materi (al-maddah) yang dengannya huruf itu muncul. Ilmu huruf ialah ilmu simiya atau ilmu tanda dengan cara melihat cara kerja huruf dan nama, bukan ilmu yang mengkaji uap atau darah (al-bukhurat wa addima).

Ibnu Arabi dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyyah kemudian menjelaskan bahwa ilmu huruf itu berkaitan dengan “thulul alam” (panjangnya alam), yakni, ilmu yang berkaitan dengan alam ruhani. Ilmu huruf juga ilmu yang berkaitan dengan ‘ardhul alam (lebarnya alam), yakni, ilmu yang berkaitan dengan ciptaan, alam dan jisim.

فإذا سمعنا عارفًا يقول: إن الحرف الفلاني طوله كذا ذراعًا وعرضه كذا، فإنه يريد بـ"طوله" فعلَه في عالم الأرواح وبـ"العرض" فعلَه في عالم  الأجسام

“Jika kita mendengar seorang arif berkata: sesungguhnya huruf fulan itu panjangnya sehasta dan lebarnya segini, yang dimaksud dengan “panjang”nya ialah perilakunya d alam ruh dan yang dimaksud dengan “lebar”nya ialah pengaruhnya di alam jisim. ”

“Panjang” dan “lebar” dalam penjelasan Ibnu Arabi tentang ilmu huruf yang dimiliki Yesus Kristus ini sebenarnya berkaitan dengan simbol salib. Salib terbentuk dari sisi panjang dan sisi lebar. Lebih jelasnya sebut saja salib itu terbentuk dari garis vertikal dan garis horizontal. Garis vertikal atau thul menyimbolkan alam ruhani dan garis horizontal atau ardh menyimbolkan alam jisim.

Dari perspektif sufi ini, salib menyimbolkan kombinasi ruh dan materi yang terdapat dalam diri manusia. Salib sekaligus menyimbolkan sikap keberagamaan yang harus memperhatikan hubungan yang baik dengan Tuhan (vertikal ‘thul’) dan hubungan baik dengan sesama (horizontal ‘ardh’).

Dalam penjelasan yang bisa disimpulkan dari pandangan Ibnu Arabi ini, yakni soal panjang dan lebar atau vertikal dan horizontalnya alam, dan kaitannya dengan simbol salib dalam ilmu hurufnya Yesus Kristus, sebenarnya ada yang belum terjelaskan, yakni soal kedalaman (al-umq) dan ketinggian (al-uluww) dalam simbol ini. Untuk menjelaskan ini, kita kiranya perlu mengutipkan kata-kata Paulus terhadap Jemaat Efesus; betapa panjang, lebar, dalam dan tingginya kasih Yesus.

Sering disebut di kalangan intelektual Islam dan orientalis (silahkan dirujuk karya-karya Louis Massignon dan Henry Corbin) bahwa pandangan-pandangan Ibnu Arabi sangatlah irasional yang mewarisi wajah irasionalisme-nya Ibnu Sina dan Syiah Ismailiyyah dan tentunya neo-platonisme dan tradisi keagamaan Hermes.

Kendati demikian, dalam usaha untuk membangun relasi yang baik antar umat beragama, pandangan yang simpatik dan empatik Ibnu Arabi dalam memahami agama lain ini patut menjadi contoh, terutama di era kita sekarang ini, era makin menjamurnya radikalisme agama yang disebar oleh pendakwah atau misionaris atau oknum agama yang ingin memecah belah kerukunan antar umat manusia. Allahu A’lam.

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2021, Dialektika.or.id All Rights Reserved