Kang Aziz Soal Bom Gereja Katedral Makassar: Nabi Saja Bantu Bangun dan Perbaiki Gereja, ini Malah Merusak
Direktur Kajian dan Studi Islam Lembaga Dialektika, Abdul Aziz, ikut bersuara terkait ledakan bom di Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada Minggu (28/03/2021).
“Al-Quran jelas mengutuk upaya apa pun yang merusak tempat peribadatan, entah itu Masjid, Gereja, Sinagog, Kuil dan lain-lain. Al-Quran bahkan menyebut tindak perusakan ini sebagai tindakan paling zhalim. Al-Quran surat al-Baqarah ayat 114 jelas sekali menegaskan itu,” ujarnya ketika dihubungi Redaksi Kliksaja.co.id.
“Kata masajid pada ayat tersebut ditafsirkan oleh beberapa ulama tafsir sebagai ma’abid atau tempat peribadatan. Jadi orang yang menghancurkan tempat peribadatan agama apapun itu orang paling zalim,” jelasnya.
Pria yang akrab disapa Kang Aziz ini menyebutkan bahwa pada tahun delegasi, Nabi Muhammad mengizinkan Umat Kristiani yang berkunjung ke Madinah menemui Nabi untuk melakukan kebaktian di dalam masjid Nabawi.
Menariknya, kebaktian ini terjadi pasca Nabi berdebat dengan tokoh-tokoh Kristen Najran soal kedudukan Yesus Kristus. Perdebatan yang cukup alot dan beberapa di antaranya dinarasikan dalam ayat-ayat al-Quran ini memang menemui jalan buntu. Umat Kristen Najran tetap pada keyakinannya soal keilahian Yesus Kristus.
Namun, kata Kang Aziz, persistensi Kristen Najran terhadap keyakinannya tersebut tidak menghalangi Nabi untuk memperbolehkan mereka menancapkan Salib di bagian timur masjid Nabawi dan melakukan kebaktian di dalamnya.
“Memang ada sahabat yang protes, namun Nabi meminta untuk membiarkan mereka. Ini jelas toleransi yang amat langka di kalangan Umat Islam saat ini. Masjid digunakan sebagai tempat dialog antar umat beragama”, jelas Kang Aziz.
Riwayat ini, kata Kang Aziz, sangat terkenal di dalam berbagai literatur kesejarahan Islam. Kang Aziz menyebut salah satunya ialah at-Tabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad al-Waqidi.
Lalu apa relevansi riwayat ini dengan tempat peribadatan pada umumnya?
Kang Aziz melihat riwayat ini menunjukkan sikap Nabi terkait tempat peribadatan. Maksudnya bahwa dalam Islam, tempat peribadatan apa pun yang di situ disebut nama Tuhan (apa pun konsepsinya terkait Tuhan) sangat dihormati meski secara prinsip keyakinan sangat bertentangan.
“Dan penghormatan terhadap tempat peribadatan itu merupakan salah satu Sunnah Nabi yang perlu kita contoh dalam konteks dialog antar Umat Beragama,” jelas Kang Aziz.
Dan menariknya lagi, walaupun ajaran-ajaran Kristen Najran ini dianggap keliru oleh Gereja Resmi dan juga oleh Nabi sendiri, Nabi tetap menawarkan bantuan jika Umat Kristen membutuhkan. Bantuan Nabi meliputi pembangunan dan perbaikan gereja, atau hal-hal yang terkait dengan kepentingan keagamaan mereka.
“Dan ketika membangun gereja dan tempat peribadatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kebebasan pelaksanaan ritual keagamaan memerlukan bantuan umat Islam untuk memperkuat persatuan, kaum Kristen wajib dibantu oleh umat Islam. Bantuan ini bukanlah hutang yang harus dibayar melainkan harus dianggap sebagai usaha memperkuat kepentingan agama dan sekaligus sebagai usaha menepati janji Rasul yang merupakan karunia Allah dan Rasulnya bagi mereka,” papar Kang Aziz sambil membacakan versi Arab perjanjian Nabi dengan Umat Kristiani di masa nya.
Menurutnya, perjanjian soal kesediaan Nabi dan Umat Islam untuk membantu pembangunan dan perbaikan gereja ini terekam dengan sangat apik di dalam berbagai literatur kesejarahan Islam.
Namun Kang Aziz tidak memerinci lebih jauh sumber-sumbernya. Hanya saja, Kang Aziz menyebut satu sumber modern berjudul Uhud an-Nabiyy Muhammad SAW li-Masiihiyi Alam.
Menurutnya sumber ini merupakan kumpulan-kumpulan perjanjian Nabi dengan Umat Kristen dan merupakan rujukan otoritatif terkait sikap Nabi terhadap Umat Kristen yang penuh dengan toleransi.
Lalu bagaimana dengan pengeboman gereja Katedral yang baru-baru ini terjadi?
“Jelas serangan itu tidak mencerminkan sunnah Nabi dalam menjaga hubungan baik dengan para penganut agama lain. Nabi saja lewat perjanjian ini jelas menunjukkan ada itikad baik dan serius untuk membangun harmoni bersama. Dan menurut data-data kesejarahan ini, kita bisa melihat semangat toleransi Nabi. Jadi kalau saya tegaskan, bantu bangun gereja bukan syirik tapi sunnah Nabi. Dengan demikian, jika bom bunuh diri di gereja itu diyakini sebagai jihad, jelas sangat lucu dan menggelikan. Al-Quran mengutuk tindakan tersebut.” jelasnya.
Peneliti Dialektika Institute for Culture, Religion and Democracy